Benarkah para marquee player yang datang dengan kontrak selangit ke Indonesia sebetulnya 'sudah habis' seperti yang diduga banyak orang?
Sudah bukan rahasia lagi jika
marquee player,
Persib Bandung, Michael Essien, kerap kali keluar masuk ruang perawatan akibat cedera. Riwayat cederanya selama membela Chelsea,
Real Madrid,
AC Milan, maupun Panathinaikos memang menjadi rintangan tersendiri bagi pemain yang berjuluk si Bison tersebut. Bahkan, Panathinaikos sendiri melepas pemain tengah ini disinyalir karena kerap kali tertimpa cedera yang cukup panjang.
Menilik data yang dihimpun dari Transfermrkt, sebelum merumput secara resmi pada partai pembuka Liga 1 melawan
Arema lalu, Essien terakhir kali bermain pada 13 Maret 2016 atau sekitar satu tahun yang lalu saat Panathinaikos berhadapan dengan Olympiakos. Total, ia hanya bermain 12 kali di kancah Liga Yunani sepanjang musim 2015/16 lalu.
Pasca dilepas Panathinaikos, terdapat jeda sekitar hampir 10 bulan dari bulan Juni 2016 hingga Maret 2017 lalu sebelum merapat ke Indonesia. Meski tak menderita cedera serius selepas itu, Essien sendiri lebih banyak menghabiskan waktunya di London dan kerap terlihat untuk sesekali ikut mengolah staminanya di kompleks latihan milik
Chelsea di Cobham.
Jika Essien harus terombang-ambing tanpa klub dan hanya berlatih sendiri selama kurang lebih 10 bulan di London, maka bagaimana dengan marquee player lainnya yang datang ke Indonesia?
Rekan setim Essien yang juga mantan Chelsea, Carlton Cole tercatat terakhir kali bermain secara resmi saat Sacramento Republic FC menghadapai Orange County pada babak play-off United Soccer League bulan Oktober 2016 lalu. Jika kebanyakan kompetisi di Amerika Serikat berakhir di bulan November, maka jeda waktu Cole tanpa klub sekitar empat sampai lima bulan saja. Ini lebih singkat dari apa yang dialami oleh Essien.
Namun, pada kenyataanya Essien sendiri baru bisa bermain selama 70 menit dan Cole baru bermain di babak kedua. “Essien dan Cole harus terus ditingkatkan fisiknya. Mereka berdua harus ada program tambahan agar dapat fit sempurna,” ungkap pelatih fisik Persib, Yaya Sunarya, seperti dinukil dari laman Republika.
Sedangkan Peter Odemwingie yang baru saja mencetak gol perdananya di Indonesia, baru bermain di 30 menit terakhir pertandingan
Madura United. Jauh sebelum bermain secara resmi di Indonesia, Odemwingie terakhir merumput di ajang Championship Inggris ketika membela Roterham United melawan Burton Albion pada Desember 2016 lalu.
Saat melakukan tes fisik di Jakarta sebelum resmi bergabung bersama Madura United, Odemwingie tidak dalam kondisi kegemukan seperti layaknya Essien, misalnya. Bahkan, hasil tes mantan pemain timnas Nigeria ini bisi dibilang cukup bagus dan ideal untuk bermain di Indonesia. Tidak ada catatan negatif dari rekrutan anyar Madura United ini.
Selanjutnya, dari Makassar, Wiljan Pluim didaftarkan oleh pihak klub sebagai rekrutan marquee player. Pluim sendiri sudah sempat bermain untuk bermain untuk PSM musim lalu di ajang Indonesia Soccer Championship A 2016 dan menunjukkan
penampilan yang cukup meyakinkan. Status marquee player Pluim didapat karena ia pernah bermain di Eredivise Belanda dari 2008 hingga 2013 lalu. Singkatnya, Pluim merupakan marquee player paling bugar sejauh ini.
Marquee player selanjutnya adalah Shane Smeltz yang kini membela
Pusamania Borneo FC. Saat pertandingan pembuka Liga 1 di akhir pekan lalu, ia bermain di 30 menit terakhir, persis seperti apa yang Odemwingie lakukan di Madura United. Namun, Smeltz sendiri belum mencetak gol.
Saat pertama direkrut, pelatih fisik PBFC, Vladimir Krunic mengungkapkan bahwa Shane dalam kondisi yang bagus dan tidak cedera. Namun, perlu waktu untuk mengembalikan Shane ke kondisi terbaiknya untuk bertanding. Shane sendiri sempat bermain pada awal bulan April 2017 ini untuk Wellington Pheonix. Ini merupakan sinyal bagus karena kebugaran dalam bertanding Shane akan menguntungkan PBFC sendiri.
Berbeda dengan beberapa
marquee player yang telah ditinjau sebelumnya, Jose Coelho yang memperkuat
Persela Lamongan telah bermain secara 90 menit penuh saat timnya takluk dari PSM Makassar pada pembukaan liga. Namun meski bermain penuh, pelatih Persela Heri Kiswanto menyoroti permainan penggawa anyarnya tersebut.
''Stamina Jose Coelho memang belum bagus, karena baru empat hari bergabung dengan kami. Tapi saya perlu ketenangan dia saat mengolah bola. Teknik skill sudah bagus dan sudah menyatu dengan pemain lainnya. Saat ini tinggal meningkatkan kondisi fisiknya saja,'' ungkap Heri seperti dilansir laman resmi Persela.
Tak mau kalah dengan, Jose Coelho yang bermain penuh untuk Persela di partai pembuka, Anmar Almubaraki yang memperkuat Persiba Balikpapan juga bermain penuh bagi tim berjuluk Beruang Madu tersebut saat timnya ditekuk Persija Jakarta. Kondisi fisik Anmar sendiri tampaknya tak bermasalah karena ia sebelumnya sempat menjalani trial dan latihan bersama Persija selama satu bulan.
Nama Mohamed Sissoko mungkin cukup akrab bagi pecinta sepakbola Eropa. Kiprahnya yang pernah memperkuat
Juventus,
Liverpool hingga
Paris Saint-Germain membuat gelandang yang satu ini patut diperhitungkan kariernya bersama
Mitra Kukar nanti.
Kondisi fisik Mohamed Sissoko memang tak ada catatan negatif seperti halnya Essien. Bahkan sebelum mendarat di Indonesia, Sissoko sendiri sempat memperkuat Ternana (klub Serie B Italia) selama bulan Februari 2017 lalu. Pada tahun 2016 lalu, ia juga sempat bermain di India untuk FC Pune City dan tidak ada cedera yang menimpanya. Singkatnya, kondisi Sissoko cukup prima untuk berlaga di Indonesia apalagi dirinya masih berumur 32 tahun. Umur yang ideal untuk bersaing di Indonesia.
Kemudian yang terakhir, yaitu rekrutan baru marquee player Arema FC, Juan Pablo Pino ini dikabarkan dalam kondisi fisik yang baik. Dilansir dari laman
Tribun Surya Malang, Pino mencatat hasil tertinggi saat menjalani
treadmill. Padahal dirinya baru saja mendarat dari Kolombia, dan dikabarkan melakukan tes fisik menggunakan celana jins. Bugarnya mantan pemain
AS Monaco dan Galatasaray ini jelas menjadi amunisi penting bagi Singo Edan untuk bersaing di kompetisi
Liga 1 musim 2017 ini.
Dari sekian banyak nama-nama yang telah coba dianalisis kondisi fisiknya dari berbagai laporan tertulis di media massa, tampaknya marquee player (mungkin) yang termahal sekaligus paling terkenal yaitu Essien-lah yang terihat cukup bermasalah dengan masalah fisiknya. Berat badan yang tak ideal dan catatan panjang cedera di sepanjang kariernya membuat banyak pihak meragukan konsistensi level permainan Essien untuk Persib itu sendiri.
Rahul Bali, pengamat sepakbola sekaligus chief editor Goal India, pernah menulis, "Klub harus pandai-pandai memilih marquee player yang pas. Misalnya, Florent Malouda yang tampil fenomenal. Tapi, ada pula pemain seperti Freddie Ljungberg yang terus-terusan cedera dan Alessandro Del Piero yang flop.”
"Hanya dua tiga kali mereka tampil baik, sisanya mereka seperti tampil hanya untuk mengantungi uang di akhir karier," sambungnya.
Namun mengingat saat kedatangannya, marquee player di India mampu mengguncangkan dunia, maka bisa dikatakan bahwa tujuan awal dari berdirinya kompetisi India Super League tersebut sudah mulai tercapai. Tak peduli bahwa mereka hanya akan hanya jadi penghangat bangku cadangan saja nantinya, yang penting marquee player tersebut mendongkrak popularitas secara instan.
Masalahnya, klub-klub di Indonesia menyikapi marquee player untuk menaikkan popularitas secara instan atau untuk meningkatkan kualitas performa tim? Jawaban paling ideal tentu untuk keduanya. Iya kan?
Beberapa klub seperti Mitra Kukar (merekrut Sissoko), Arema (merekrut Pino), Madura United (merekrut Odemwingie) dan PBFC (merekrut Smeltz) terlihat cukup cerdas mendatangkan pemain yang kondisi fisiknya masih bugar dan secara umur tidak terlalu tua untuk bertarung di sepakbola Indonesia. Meski keempat nama tersebut tak sementereng Essien, namun setidaknya ada potensi menjanjikan yang bakal dituai bagi performa tim ketika mereka merumput nanti.
Namun, bukan berarti pembelian Essien (dan juga Cole) oleh Persib ini adalah pembelian yang gagal. Toh musim baru saja dimulai. Tak ada yang tahu dan bisa memprediksi siapa marquee player yang paling berpengaruh bagi tim ke depannya. Perlu diingat pula, sejauh ini Essien sudah beberapa kali bermain dalam pertandingan bersama Persib dan belum ada masalah berarti yang terjadi.
Tapi yang jelas, kedatangan Essien merupakan gerbang bagi pemain top lainnya untuk merumput di Indonesia sekaligus menaikkan pamor Persib (dan Liga 1 Indonesia) di mata dunia. Ya, setidaknya penggemar sepakbola Indonesia, terutama Bobotoh, bisa sedikit banyak membanggakan nama “Essien-yang-pernah-juara-Liga-Champions-Eropa” ketika membuka obrolan-obrolan santai baik di ruang kerja, ruang kelas maupun warung kopi sekalipun. Dan toh, media-media dunia sudah banyak mengabarkan soal kedatangan Essien, kan? Setidaknya, satu misi tercapai.